Bagian 1

February 20th, 2015

Data diriku

1996

Saya lahir dengan selamat ke dunia yang indah ini pada hari Jum’at tanggal 20 Oktober 1996 dengan nama WIDIYA OKTAMIYANI. Karena susah diucapkan, maka tetangga sekitar saya memanggil saya dengan sebutan mereka masing- masing. Ada yang memanggil Susan, karena mata saya bulat seperti boneka susan. Ada yang memanggil Bunder (dalam Bahasa Jawa artinya Bulat), karena bentuk kepala saya benar- benar bulat. Anehnya lagi ada yang memanggil saya Tiwi karena lidah orang tua jaman dulu susah bilang Widiya maka kepleset jadi Tiwi (katanya).

Waktu mengandungku, ibuku tetap bekerja lho, hebat ya??haha. Kelahiranku dibantu oleh seorang bidan. Waktu itu saya lahir di rumahku sekarang ini di Jalinan, Kedungan, Pedan, Klaten. Saya adalah anak tunggal alias tak punya saudara kandung (jadi anak kesayangan deh).

Katanya lagi, saya minum ASI sampai 4 tahun (lebih!) alias over dosis. Hahaha Normalnya kan 6 bulan.

1999

Saya pertama kali sekolah di TK Aisyah Bustanul Atsfal (disingkat ABA). Waktu itu saya masuk TK saat berumur 3 tahun. Sebenarnya sih belum cukup umur, tapi karena saya terlalu “ngebet” pengen masuk TK jadi saya didaftarkan ke TK meskipun jadi “pupuk bawang”, hehehe. Saat diabsen oleh ibu guru, nama saya tidak disebutkan. Akhirnya saya memaksa orang tua saya untuk benar- benar mendaftarkan saya menjadi murid beneran.

Di TK saya terkenal cepat memahami sesuatu sehingga saya sering ikut lomba, dari membaca Al- Qur’an, menghitung, dan menulis. Meskipun tak pernah menang, tapi saya sangat menikmati pengalaman itu.

2001 – 2007

Saya SD di SD N 1 Sobayan. Disana saya lumayan berprestasi karena dari kelas 1 sampai kelas 6 saya selalu masuk 3 besar. Prestasi puncak saya saat duduk di bangku kelas 5. Saya lebih dikenal pandai dan aktif sehingga saya dipilih untuk mewakili SD-ku saat ada lomba siswa teladan putri.

Pada lomba itu, peserta lomba harus pandai dalam berbagai bidang (akademik dan non akademik). Kata bu guruku, saya harus belajar 5 mata pelajaran, menari, karawitan, senam,menyanyi lagu nasional, dan membuat suatu karya. Dari semua kriteria itu, menurut saya yang paling sulit adalah menari (karena tomboi-nya saya, haha). Tahu nggak apa yang terjadi beberapa hari sebelum lomba? Saya “mutung” !! jujur, saya sangat malas untuk mengikuti lomba yang tidak sesuai kemampuan dan bakat saya. Itu semua hanya akan menambahi beban pikiran karena saya harus ikut latihan.

Sepanjang hari, dadaku selalu berdebar- debar tak karuan. Semakin menyiksa. Sebelum hari H, saya sangat panik karena saya tak hafal gerakan tari yang akan saya tampilkan. Orang tuaku menyuruh untuk banyak- banyak berdoa sebelum lomba.

Lomba pun dimulai. Saat mengerjakan soal akademik saya sangat santai dan saking santainya, saya sampai lupa rumus Matematika sederhana. Akhirnya saya mengikhlaskan satu soal itu daripada saya harus mengorbankan waktuku untuk mengerjakan soal lain. Sesi berikutnya adalah penampilan bakat masing- masing. Dugaan saya pun benar. Saat sesi menari, saya lupa dengan gerakan tari yang akan saya tampilkan. Namun saya lanjut aja saking PD-nya. Hahaha

Lomba pun selesai. Beberapa jam setelahnya ada pengumuman pemenag lomba. Alhasil dengan semua kelebihan dan kekurangan saya dalam mengikuti lomba, saya mendapat juara 1 siswa berprestasi putri.

Prestasi saya tak terhenti disitu. Saya meraih beberapa penghargaan setelah itu, dari menjadi dokter kecil, juara 3 lomba mengarang, dan juara 3 membaca geguritan.

2007- 2010

Saya melanjutkan sekolah ke salah satu SMP favorit di daerahku (SMP N 1 Pedan). Saya diterima melalui jalur ujian tulis dan mendapat peringkat 24 dari sekian ratus peserta. Di SMP N 1 Pedan saya mulai belajar berorganisasi. Organisasi yang pernah saya ikuti antara lain: OSIS, PKS, dan Pramuka. Saking aktifnya, saya pernah menjabat sebagai Ketua Umum OSIS dalam1 periode. Nah, ini nih yang keren. Awal bagus, ending juga bagus. Semoga itu juga terjadi di kehidupanku kelak. Aamiin… J

2010- 2013

Alhamdulillah saya masuk SMA favorit juga. Dengan berbekal rasa PD saya hanya mendaftar di satu SMA saja. Padahal resikonya besar karena kalau saya tidak diterima, saya harus masuk di swasta atau tidak sekolah setahun. Tapi akhirnya saya diterima di kelas Unggulan SMA N 1 Cawas yang notabene bilingual. YESS!!!

Berada di kelas unggulan menurutku penuh dengan kompetisi sehat karena yang diterima merupakan siswa- siswi pilihan. Dunia bermainku serasa hilang selama 3 tahun. Prestasiku disana juga lumayan, nilaiku bagus- bagus, walaupun tidak pernah menduduki peringkat pertama. Di SMANCA, saya juga sempat meraih prestasi juara 3 Mendongeng Bahasa Jawa.

Nah, anak- anak Unggulan 2 (kelasku) yag sering disebut “tweet” masih sering berhubungan satu sama lain melalui facebook, line, WA, dan sebagainya. Di sela libur kuliah slalu kamisempatkan untuk berkumpul bersama untuk melepas rindu dan sekedar bercerita tentang dunia kami masing- masing.

2013- …….

Ehm.. ini agak berat, karena saat menulis ini saya belum lulus kuliah di D3 Rekam Medis UGM. Benar-benar jurusan yang berat (menurutku). Aku memang bukan orang-orang yang setipe seperti temanku sejurusan. Yang hidupnya serba praktis, penuh perhitungan, pikirannya bisnis, cari uang sebanyak-banyaknya, kaya raya, jadi orang sukses, bangga kalau sudah kerja di rumah sakit bonafit yang duitnya gedhe, yang kerjanya duduk-mikir-dapet duit. Dan bejibun hal-hal yang menurutku hanya membuat stres di kepala. Yang menurut mereka, hidup tidak dibiarkan mengalir saja seperti apa adanya. Tapi hidup harus dipaksa untuk menjadi orang yang kaya, punya rumah sendiri, punya investasi, dan sebagainya. Mungkin aku juga akan begitu nantinya. Tapi tak tahu, sampai sekarang aku belum berfikiran seperti itu. Ada cita- cita lain yang ingin saya capai setelah lulus dari RekMed ini.

 


Comments RSS

Leave a Reply

Name (required)

Email (required)

Website

Speak your mind

- online valtrex order - buy asacol - spy a cell phone - generic levitra -